Kamis, 24 Januari 2013

larutan elektrolit dan N.elektrolit 2

Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokan senyawa yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Jika suatu senyawa dilarutkan dalam air dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit, dan sebaliknya jika larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan nonelektrolit.
Glukosa (C6H12O6), etanol (C2H5OH), gula tebu (C12H22O11), larutan urea (CO(NH2)2) merupakan beberapa contoh senyawa yang dalam bentuk padatan, lelehan maupun larutan tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Cara pengujian suatu senyawa termasuk elektrolit atau nonelektrolit dapat dilakukan dengan meghubungkan baterai dan lampu bohlam atau amperemeter kemudian ujung kabel dihubungkan pada dua buah elektroda. Satu sebagai anoda (+), satu sebagai katoda (-).
Setelah semua terhubung pengujian dapat dilakukan dengan mencelupkan kedua elektroda ke dalam larutan yang akan diuji dan perhatikan agar kedua elektrode tidak bersentuhan. Ketika elektroda dicelupkan, jika lampu bohlam menyala dan atau terbentuk gelembung udara pada kedua elektroda maka senyawa atau zat tersebut termasuk golongan senyawa elektrolit.
Begitu pula sebaliknya, ketika elektroda dicelupkan lampu bohlam tidak menyala dan atau tidak terbentuk gelembung udara pada kedua elektroda, maka senyawa atau zat tersebut termasuk golongan senyawa nonelektrolit.
clip_image001
Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

Mengapa Larutan Menghantarkan Arus Listrik
Larutan elektrolit dapat menghantarkanarus listrik sedangkan larutan nonelektrolit tidak menghantarkan arus listrik, telah dijelaskan oleh seorang ahli kimia swedia Svante August Arrhenius (1859-1927). Didasarkan pada teori ionisasi Arhenius, larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena di dalam larutan terkandung atom-atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik yang bergerak bebas. Atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik disebut ion.
Perubahan suatu senyawa menjadi ion-ion dalam suatu larutan disebut proses ionisasi. Proses ionisasi merupakan salah satu cara menunjukan pembentukan ion-ion, umumnya ditulis tanpa melibatkan molekul air atau pelarut, namun terkadang molekul air dituliskan juga. Misalnya HCl yang dilarutkan dalam air dapat ditulis dalam dua persamaan:
HCl clip_image002 H+ + Cl
HCl + H2O clip_image002[1] H3O+ + Cl
CH3COOH clip_image002[1]H+ + CH3COO
CH3COOH + H2O clip_image002[1]H3O+ + CH3COO
Ketika diberi beda potensial, Ion yang bermuatan negatif bergerak menuju anoda (+) sedangkan ion yang bermuatan positif bergerak menuju katoda (-) karena adanya perbedaan muatan. Aliran ion inilah yang menyebabkan larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik.
Senyawa seperti glukosa, etanol, gula tebu dan larutan urea dalam bentuk padatan, lelehan maupun larutan tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak mengalami ionisasi atau tetap dalam bentuk molekul.
Sumber Ion Dalam Larutan Elektrolit
Ion-ion yang timbul dalam larutan elektrolit terdiri dari dua sumber yaitu senyawa ionik dan senyawa kovalen polar.
Senyawa Ionik
Senyawa ionik tersusun atas ion-ion sekalipun dalam dalam bentuk padat atau kering. Misalnya NaCl dan NaOH. NaCl tersusun dari ion Na+ dan ion Cl¯ sedangkan NaOH tersusun dari ion Na+ dan ion OH.
Senyawa-senyawa ionik dalam keadaan padat tidak dapat menghantarkan arus listrik karena ion-ion yang terikata dengan kuat, sehingga tidak ion-ion tersebut tidak mengalami mobilisasi ketika diberi beda potensial.
Namun apabila senyawa ionik dilarutkan dalam pelarut polar misalnya air, maka senyawa ionik adalah suatu elektrolit. Hal ini disebabkan ion-ion yang awalnya terikat kuat pada kisi terlepas kemudian segera masuk dan menyebar dengan air sebagai medium untuk bergerak.
Perlu diketahui bahwa semua senyawa ionik yang yang dapat larut dalam pelarut polar seperti air dan lelehan senyawa ionik merupakan suatu elektrolit. Tetapi lelehan senyawa ionik memiliki daya hantar listrik yang lebih baik dibanding larutannya.
Hal ini disebabkan susunan ion-ion dalam lelehan senyawa ionik lebih rapat dibanding dalam bentuk larutan, sehingga ion-ion yang ada lebih mudah atau lebih cepat bergerak menuju anoda dan katoda ketika diberi beda potensial.

Senyawa kovalen polar
Senyawa-senyawa kovalen baik kovalen polar maupun nonpolar dalam keadaan murni tidak dapat menghantarkan arus listrik. Tetapi senyawa kovalen polar dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Hal ini disebabkan senyawa kovalen polar dalam pelarut yang sesuai mampu membentuk ion-ion.
Misalnya senyawa kovalen polar mampu membentuk ion di dalam air sehingga dapat menghantar arus listrik. Tetapi senyawa kovalen polar tidak mampu membentuk ion di dalam benzena sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik. HCl, NH3 dan CH3COOH merupakan beberapa contoh senyawa kovalen polar.

Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah
Senyawa yang seluruhnya atau hampir seluruhnya di dalam air terurai menjadi ion-ion sehingga memiliki daya hantar listrik yang baik disebut elektrolit kuat. Senyawa yang termasuk elektrolit kuat mempunyai daya hantar listrik yang relatif baik walaupun memiliki konsentrasi yang kecil. Sebaliknya senyawa yang sebagian kecil terurai menjadi ion disebut elektrolit lemah.
Senyawa yang termasuk elektrolit lemah mempunyai daya hantar yang relatif jelek walaupun memiliki konsentrasi tinggi (pekat). Beberapa contoh elektrolit kuat dan elektrolit lemah seperti yang tertera pada Tabel.
Elektrolit kuat Nama Elektrolit lemah Nama
HCl
H2SO4
NaCl
NaOH
Asam klorida
Asam sulfat
Natrium klorida
Natrium hidroksida
CH3COOH
NH3
NH4OH
H2S
Asam asetat
Amonia
Amonium klorida
Asam sulfida
Menggunakan rangkaian seperti pada Gambar, suatu larutan termasuk elektrolit kuat atau lemah dapat diketahui. Larutan yang memberikan nyala bohlam terang termasuk elektrolit kuat sedangkan elektrolit lemah nyala bohlamnya redup atau hanya menimbulkan gelembung-gelumbung udara pada elektroda. Jika tidak ada reaksi atau perubahan apa-apa ketika kedua elektroda dicelupkan, maka larutan tersebut termasuk larutan nonelektrolit.
Misalnya HCl, CH3COOH dan NH3, apabila diuji daya hantar listrik menggunakan konsentrasi larutan yang sama misalnya 1 M. Maka dapat diketahui ternyata HCl memiliki daya hantar listrik yang lebih baik dibanding dua senyawa lainnya. Hal ini dapat dilihat dari lampu bohlam yang menyala lebih terang.
Menggunakan teori Arhenius dapat disimpulkan bahwa jumlah ion yang terbentuk dari HCl lebih banyak dibanding dua senyawa lainnya. Artinya di dalam air sebagian besar HCl terurai menjadi ion H+ dan ion Cl‾ sedangkan CH3COOH dan NH3 hanya sebagian kecil yang terurai ion H+ dan ion CH3COO‾ dan NH4+ dan OH‾ atau sebagian besarnya masih tetap dalam bentuk molekul kovalen.

Elektrolit asam, basa dan Garam
Larutan elektrolit dapat berupa asam, basa dan garam. Untuk asam dan basa dapat berupa elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Sedangkan garam yang mudah larut dalam air semuanya termasuk elektrolit kuat. Garam-garam yang sukar larut dalam air berupa elektrolit lemah walaupun tersusun atas ion-ion.
Beberapa senyawa yang tergolong elektrolit kuat adalah
  1. Asam-asam kuat umumnya asam-asam anorganik, misalnya: HCl, HClO3, H2SO4 dan HNO3.
  2. Basa-basa kuat yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, misalnya: NaOH, KOH, Ca(OH)2 dan Ba(OH)2.
  3. Garam-garam yang mudah larut, misalnya: NaCl, KI dan Al2(SO4)3

Beberapa senyawa yang tergolong elektrolit lemah
  1. Asam-asam lemah, sebagian asam anorganik dan sebagian besar asam organik misalnya: CH3COOH, HCN, H2CO3 dan H2S.
  2. Basa-basa lemah, misalnya amonia dan kebanyakan basa organik seperti NH4OH dan Ni(OH)2.
  3. Garam-garam yang sukar larut, misalnya: AgCl, CaCrO4 dan PbI2

Derajat Ionisasi
Ketika suatu zat dilarutkan dalam air, maka terdapat 3 kemungkinan yang terjadi yakni zat tersebut larut secara sempurna, larut sebagian dan tidak larut dalam air. Banyaknya spesi yang terionisasi dalam air dapat diketahui menggunakan derajat disosiasi atau derajat ionisasi (α).
Derajat ionisasi diartikan sebagai perbandingan jumlah mol atau molekul zat yang terionisasi dengan banyaknya mol atau molekul zat mula-mula. Derajat ionisasi dapat ditulis sebagai
clip_image007
Harga α di antara 0 ≤ α ≥ 1. α ≤ 0 artinya tidak terjadi ionisasi, sedangkan α ≥ 1 artinya terjadi ionisasi secara sempurna.

Contoh soal
Bila diketahui suatu reaksi sebagai berikut
CH3COOH clip_image009 CH3COO¯ + H+
Dari reaksi di atas tentukan derajat ionisasinya, bila mula-mula 2 mol asam asetat dilarutkan dalam air dan menghasilkan ion H+ sebanyak 0,5 mol.
Jawab
clip_image011
Derajat ionisasinya adalah
clip_image013
Contoh soal
Suatu basa dengan rumus L(OH)2 bila dilarutkan dalam air teionisasi sesuai reaksi berikut:
L(OH)2 clip_image009[1] L2+ + 2OH¯
Jika mula-mula L(OH)2 sebanyak 2 mol dengan derajat ionisasi sebesar 0,3. Tentukanlah
a. Jumlah mol L(OH)2 yang terionisasi
b. Jumlah mol ion L2+ yang terbentuk
c. Jumlah mol L(OH)2 yang tersisa setelah terionisasi
Jawab
Reaksi ionisasi : L(OH)2 clip_image009[2] L2+ + 2OH‾
clip_image015
a. Jumlah mol L(OH)2 yang terionisasi
clip_image017
clip_image019
b. Jumlah mol ion L2+ yang terbentuk
clip_image021
c. Jumlah mol L(OH)2 yang tersisa setelah terionisasi
clip_image023
clip_image025

Kegiatan Laboratorium
Lakukan kegiatan berikut untuk menguji daya hantar listrik beberapa zat.
Alat dan Bahan
v Gelas kimia 100 ml
v Baterai
v Air suling 50 mL
v Larutan HCl 1M 50 mL
v Larutan asam cuka (CH3COOH) 1M 50 mL
v Larutan NaOH 1M 50 mL
v Larutan ammonia (NH3) 1 M 50 mL
v Larutan gula 50 mL
v Larutan NaCl 1M 50 mL
v Etanol 70% 50 mL
v Air leding dan air sumur 50 mL
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan catat pada lembar pengamatan
1) Amati dengan seksama, apa yang terjadi pada lampu dan batang elektroda.
2) Diantara bahan yang diuji, manakah yang dapat menghantarkan arus listrik dan manakah yang tidak dapat menghantarkan listrik.
3) Jika ada yang menghantarkan arus listrik manakah yang termasuk elektrolit kuat dan manakah yang termasuk elektrolit lemah.
4) Diantara larutan elektrolit di atas, manakah yang memiliki ikatan ion dan ikatan kovalen.

larutan elektrolit dan non elektrolit

A. PENGERTIAN LARUTAN

Kita sering mendengar kata larutan. Ada larutan gula, larutan garam, larutan teh. Tapi bagaimana dengan air kopi? Apakah kita menganggapnya sebagai sebuah larutan?
Suatu campuran terdiri dari dua komponen utama, yaitu zat terlarut dan zat pelarut. Jika dari contoh di atas zat terlarutnya adalah, gula, garam, teh, dan kopi; sedangkan zat pelarutnya adalah air.

Suatu zat dikatakan larutan jika campuran antara zat terlarut dan pelarutnya bersifat homogen. Artinya tidak terdapat batas antar komponennya, sehingga tidak dapat dibedakan lagi antara zat pelarut (air) dan terlarutnya. Beda halnya dengan air kopi, masih terdapat perbedaan antara keduanya, walaupun secara kasat mata, airnya sudah berubah warna menjadi hitam. Hal ini juga berlaku untuk campuran antara pasir dan air. Anda bisa menambahkan sendiri contoh-contonya. Untuk air kopi kita menyebutnya sebagai larutan heterogen/campuran .

B. PENGERTIAN LARUTAN ELEKTROLIT

Mari kita kembali ke pokok bahasan ini. Pastinya kita pernah melihat orang melakukan penangkapan ikan dengan alat setrom listrik yang sumber arusnya berasal dari aki; atau kalian pernah mendengar penyataan jika kita menyentuh stop kontak dalam kondisi tangan basah, kemungkinan besar akan kesetrom. Apa yang menjadi faktor penyebab dari semua perilaku ini? Mengapa ikan bisa mati jika alat setrom dicelupkan kedalam air? Bukankah penghantar listrik erat kaitannya dengan suatu bahan logam? Pertanyaan-pertanyaan ini akan kita bahas di sini.

Suatu larutan dapat dikatakan sebagai larutan elektrolit jika zat tersebut mampu menghantarkan listrik. Mengapa zat elektrolit dapat menghantarkan listrik? Ini erat kaitannya dengan ion-ion yang dihasilkan oleh larutan elektrolit (baik positif maupun negative). Suatu zat dapat menghantarkan listrik karena zat tersebut memiliki ion-ion yang bergerak bebas di dalam larutan tersebut. ion-ion inilah yang nantinya akan menjadi penghantar. Semakin banyak ion yang dihasilkan semakin baik pula larutan tersebut menghantarkan listrik.
Sumber gambar: kimia.upi.edu

C. BERBAGAI JENIS LARUTAN ELEKTROLIT

Larutan apa saja yang dapat menghantarkan listrik? Terdapat berbagai jenis larutan yang bisa menghantarkan listrik. Pembagian zat tersebut adalah sebagai berikut.

1.  Berdasarkan jenis larutan
a.  Larutan asam (zat yang melepas ion H+ jika dilarutkan dalam air), contohnya adalah:
  1. Asam klorida/asam lambung : HCl
  2. Asam florida : HF
  3. Asam sulfat/air aki : H2SO4
  4. Asam asetat/cuka : CH3COOH
  5. Asam sianida : HCN
  6. Asam nitrat : HNO3
  7. Asam posfat : H3PO4
  8. Asam askorbat/Vit C
b.   Larutan basa (zat yang melepas ion OH- jika dilarutkan dalam air), contohnya adalah:
  1. Natrium hidroksida/soda kaustik : NaOH
  2. Calcium hidroksida : Ca(OH)2
  3. Litium hidroksida : LiOH
  4. Kalium hidroksida : KOH
  5. Barium hidroksida : Ba(OH)2
  6. Magnesium hidroksida : Mg(OH)2
  7. Aluminium hidroksida : Al(OH)3
  8. Besi (II) hidroksida : Fe(OH)2
  9. Besi (III) hidroksida : Fe(OH)3
  10. Amonium hirdoksida : NH4OH
c.   Larutan garam (zat yang terbentuk dari reaksi antara asam dan basa), contohnya adalah:
  1. Natrium klorida/garam dapur : NaCl
  2. Ammonium clorida : NH4Cl
  3. Ammonium sulfat : (NH4)2SO4
  4. Calcium diklorida : CaCl2

2. Berdasarkan jenis ikatan:
  1. Senyawa ion (senyawa yang terbentuk melalui ikatan ion), contohnya adalah: NaCl, CaCl2, AlCl3, MgF2, LiF (sebagian besar berasal dari garam)
  2. Senyawa kovalen polar (senyawa melalui ikatan kovalen yang bersifat polar/memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar antar atom), contohnya adalah: HCl, NaOH, H2SO4, H3PO4, HNO3, Ba(OH)2 (berasal dari asam dan basa)

D. KEKUATAN LARUTAN ELEKTROLIT

Kekauatan larutan elektrolit erat kaitannya dengan derajat ionisasi/disosiasi . Derajat ionisasi/disosiasi adalah perbandingan antara jumlah ion yang dihasilkan dengan jumlah zat mula-mula. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
Derajat ionisasi memiliki rentang antara 0 sampai 1.

Jika derajat ionsisasi suatu larutan mendekati 1 atau sama dengan 1, ini mengindikasikan bahwa zat tersebut tergolong larutan elektrolit kuat. Artinya adalah sebagian besar/semua zat tersebut terionisasi membentuk ion positif dan ion negative. Hanya sebagian kecil/tidak ada zat tersebut dalam bentuk molekul netral.

Jika derajat ionsisasi suatu larutan mendekati 0, ini mengindikasikan zat tersebut tergolong larutan elektrolit lemah. Artinya adalah hanya sebagian kecil zat tersebut yang terionsisasi menghasilkan ion positif dan ion negative. Sisanya masih berupa molekul netral.

Jika derajat ionisasi suatu larutan sama dengan 0, ini mengindikasikan zat tersebut tergolong larutan non elektrolit. Artinya adalah zat tersebut tidak mengalami ionisasi/tidak menghasilkan ion positif dan ion negative, semuanya dalam bentuk molekul netral. Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar A : Pada larutan ini derajat ionisasinya = 1; artinya semua larutan membentuk ion-ion (positif dan negative), tidak ada dalam bentuk molekul netralnya. Gelembung yang dihasilkan banyak dan dapat menyalakan nyala lampu.

Gambar B : Pada larutan ini derajat ionisasinya mendekati 1; artinya sebagian besar larutan terionisasi membentuk ion positif dan ion negative, hanya sebagian kecil dalam bentuk molekul netralnya. Walaupun masih terdapat molekul netral, gas yang terbentuk banyak (tapi tidak sebanyak gambar A) dan dapat menyalakan lampu.


Gambar C : Pada larutan ini derajat ionisasinya mendekati 0; artinya hanya sebagian kecil yang terionsisasi membentuk ion positif dan ion negative. Sebagian besar terdapat dalam bentuk molekul netral. Gelembung yang dihasilkan sedikit, dan lampu tidak menyala.

Gambar D : Pada larutan ini derajat ionisasinya = 0; artinya tidak ada zat yang terionisasi membentuk ion positif dan ion negative, semua zat masih dalam bentuk molekul netralnya. Tidak menghasilkan gelembung dan lampu tidak menyala.

E. PEMBAGIAN LARUTAN ELEKTROLIT

Terdapat dua jenis larutan elektrolit, yaitu sebagai berikut:

1. Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
  1. Menghasilkan banyak ion
  2. Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
  3. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
  4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu menyala
  5. Penghantar listrik yang baik
  6. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
  7. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HClO4); basa kuat (NaOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2, LiOH), garam NaCl
2. Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
  1. Menghasilkan sedikit ion
  2. Molekul netral dalam larutan banyak
  3. Terionisasi hanya sebagian kecil
  4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu tidak menyala
  5. Penghantar listrik yang buruk
  6. Derajat ionisasi mendekati 0
  7. Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa lemah [Al(OH)3, NH4OH, Mg(OH)2, Be(OH)2]; garam NH4CN

Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:
  1. Tidak menghasilkan ion
  2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
  3. Tidak terionisasi
  4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan lampu tidak menyala
  5. Derajat ionisasi = 0
  6. Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol, bensin, larutan urea.

redoks

Oksidasi :
  • pelepasan elektron ( dalam reaksi elektron berada di ruas kanan )
  • menangkap oksigen
  • melepas Hidrogen
  • Bilangan Oksidasi (Biloks)nya bertambah
Reduksi :
  • penangkapan elektron (dalam reaksi elektron berada di ruas kiri )
  • melepas oksigen
  • menangkap Hidrogen
  • Bilangan Oksidasi (Biloks)nya berkurang
Reaksi redoks adalah reaksi yang mengalami dua peristiwa yaitu reduksi dan oksidasi (ada perubahan Biloks satu atau lebih unsur yang bereaksi).
Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks yang hanya satu jenis unsur yang mengalami reduksi dan oksidasi.

Untuk menentukan reaksi redoks (reduksi-oksidasi) tidak selalu menghitung nilai biloksnya karena kadang2 dapat ditentukan dengan cepat, sebagai contoh :

 







penentuan reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan/pelepasan oksigen. Fe2O3 menjadi Fe merupakan reaksi reduksi karena melepas oksigen. Sedangkan CO menjadi CO2 merupakan reaksi oksidasi karena jumlah oksigennya bertambah

 


penentu reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan /pelepasan Hidrogen. Jika jumlah Hidrogennya berkurang berarti oksidasi sedangkan jika bertambah berarti reduksi.

 

penentuan reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan/pelepasan elektron. Cuba perhatikan muatan Cu, pada awalnya Cu biloksnya (bilangan oksidasinya) = +2 kemudian berubah menjadi Cu yang biloksnya = 0 sehingga biloksnya turun. Reaksi tersebut merupakan reaksi reduksi karena terjadi penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan Muatan Mg berubah dari mula2 biloksnya = 0 menjadi = +2 sehingga dapat digolongkan reaksi oksidasi.

Reaksi redoks di atas dapat dipisahkan menjadi 1/2 reaksi, yakni reaksi oksidasi dan reaksi reduksi sehingga pelepasan/penerimaan  elektron akan terlihat.

Oksidasi :  Mg  --->  Mg+2 + 2e
Reduksi :   Cu+2  + 2e  --->  Cu

dalam reaksi tersebut terlihat bahwa Mg mengalami kenaikan muatan yang mula2 tidak bermuatan menjadi bermuatan +2. Muatan Mg bertambah +2 berarti Mg mengalami peristiwa pelepasan elektron sebanyak 2 buah. Pelepasan elektron dalam reaksi ditulis sebagai "e" yang artinya "elektron" yang bermuatan -1 dan  ditulis di ruas kanan yang artinya elektron terlepas dari Mg. Sehingga muatan di ruas kiri dan kanan menjadi seimbang..... coba perhatikan... Mg di ruas kiri muatannya nol berarti total muatan di ruas kiri juga = 0 (nol).... sekarang Mg di ruas kanan muatannya +2 dan terdapat 2 elektron yang  masing2 muatannya -1 sehingga total muatan di ruas kanan = (+2)  + (2.-1) = 0 (nol). Pada Cu terjadi kebalikannya yaitu penangkapan elektron (e).

Pada Mg digolongkan sebagai reaksi oksidasi karena terjadi pelepasan elektron sedangkan Cu digolongkan sebagai reaksi reduksi karena terjadi penangkapan elektron. Pada reaksi total/gabungan reaksi oksidasi dan reduksi pelepasan/penerimaan elektron tidak akan terlihat karena jika digabung jumlah elektron di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. Jika ada unsur yang sama di ruas kiri dan kanan maka akan saling menghilangkan. Agar dapat menentukan suatu unsuk mengalami oksidasi/reduksi kita harus dapat menentukan bilangan oksidasi (biloks) dari unsur tersebut.

Unsur yang bilangan 0ksidasi (biloks)nya bertambah berarti mengalami reaksi oksidasi sedangkan unsur yang bilangan oksidasi (biloks)nya berkurang merupakan reaksi reduksi. Untuk menentukan biloks ada aturan/patokannya.

PATOKAN penentuan Bilangan Oksidasi (Biloks)
  1. Biloks atom dalam unsur tunggal =  0 . Contoh Biloks Cu, Fe, H2, O2 dll = 0
  2. Golongan IA ( Li, Na, K, Rb, Cs dan Fr ) biloksnya selalu +1
  3. Golongan IIA ( Be, Mg, Ca, Sr dan Ba ) biloksnya selalu +2
  4. Biloks H dalam senyawa = +1, Contoh H2O, kecuali dalam senyawa hidrida Logam (Hidrogen yang berikatan dengan golongan IA atau IIA) Biloks H = -1, misalnya: NaH, CaH2 dll
  5. Biloks O dalam senyawa = -2, Contoh H2O, kecuali OF2 biloksnya = + 2 dan pada senyawa peroksida (H2O2, Na2O2, BaO2) biloksnya = -1 serta dalam senyawa superoksida, misal KO2 biloksnya = -1/2. untuk mempermudah tanpa banyak hafalan....bila atom O atau H berikatan dengan Logam IA atau IIA maka biloks logamnyalah yang ditentukan terlebih dahulu dan biloks O dan H nya yang menyesuaikan (besarnya dapat berubah - ubah)
  6. total Biloks dalam senyawa tidak bermuatan = 0, Contoh HNO3 : (Biloks H) + (Biloks N) + (3.Biloks O) = 0 maka dengan mengisi biloks H = +1 dan O = -2 diperoleh biloks N = +5
  7. Total BO dalam ion = muatan ion, Contoh SO4 2- = (Biloks S) + (4.Biloks O) = -2 maka dengan mengisi biloks O = -2 diperoleh biloks S = +6
selain hafalan di atas kita juga sebaiknya menghafal beberapa ion Poliatom yang sering keluar dalam soal sebab hafalan ion Poliatom tersebut juga diperlukan dalam menentukan harga biloks. 

Tabel Ion Poliatom yang Penting :


misal : biloks Cu dalam CuSO4 dapat dihitung dengan (1 x biloks Cu) + (1 x biloks total ion SO4) = 0 maka dengan mengisi biloks ion SO4  = -2 diperoleh :

                                                  biloks Cu + (-2) = 0  ---> sehingga biloks Cu = +2

Contoh lainnya.... untuk menentukan biloks P dan Fe dalam Fe3(PO4)2 kita harus bentuk anion poliatomnya, yakni  PO43- sehingga  :
                                                 (1 x biloks P) + (4 x biloks O) = -3
                                                 biloks P + (-8) = -3 sehingga biloks P = + 5

kemudian biloks Fe dapat dicari dengan : 
                                                (3 x biloks Fe) + (2 x muatan PO4) = 0
                                                (3 x biloks Fe) + (-6) = 0
                                                3 x biloks Fe  =  + 6 ---> sehingga biloks Fe = + 6/3 = +2

namun untuk mencari biloks salah satu unsur saja.....sedangkan biloks unsur2 yang lainnya sudah diketahui (ada hafalannya) maka biloks unsur tersebut  dapat ditentukan secara langsung tanpa harus menghafal muatan ion poliatomnya  :

misalnya : Tentukan biloks Cr dalam H2Cr2O7...?
                     (2 x biloks H) + (2 x biloks Cr) + (7 x biloks 7) = 0
                     (2 x (+ 1))  +  (2 x biloks Cr)  +  (7 x (-2))  =  0
                     (2 x biloks Cr) + (-12) = 0  --->  sehingga biloks Cr = +12/2 = +6

Dalam reaksi redoks juga dikenal istilah reduktor dan oksidator :
Reduktor zat yang mengalami oksidasi (Biloks naik)
Oksidator zat yang mengalami reduksi (Biloks turun)

Reaksi reduksi oksidasi atau redok untuk kimia SMA .wmv

perbedaan kovalen polar dan nonpolar

Ciri-ciri senyawa polar :
  • dapat larut dalam air dan pelarut polar lain
  • memiliki kutub + dan kutub - , akibat tidak
meratanya distribusi elektron
-memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau memiliki perbedaan keelektronegatifan
Contoh : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5
Senyawa polar digambarkan sebagai
Ciri-ciri senyawa non polar :
  • tidak larut dalam air dan pelarut polar lain
  • Tidak memiliki kutub + dan kutub - , akibat
meratanya distribusi elektron
-tidak memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau keelektronegatifannya sama
Contoh : Cl2, PCl5, H2, N2
Senyawa non polar digambarkan sebagai
UKURAN KUANTITATIF TITIK DIDIH SENYAWA KOVALEN
* Senyawa polar titik didihnya lebih tinggi daripada senyawa non polar
  • Urutan titik didih, ikatan hidrogen > dipol-dipol > non polar-non polar atau ikatan hidrogen > Van der Waals > gaya london
  • Bila sama-sama polar/non polar, yang Mr besar titik didihnya lebih besar
Untuk senyawa karbon Mr sama, rantai C memanjang titik didih > rantai bercabang (bulat)

PERBEDAAN SENYAWA POLAR DENGAN NON POLAR

SENYAWA POLAR
  • dapat larut dalam air
  • Memiliki pasangan elektron bebas (bentuk tdk simetris)
  • Berakhir ganjil, kecuali BX3 dan PX5
Cth : NH3, PCl3, H2O, HCl, HBr, SO3, N2O5, Cl2O5
SENYAWA NON POLAR
  • Tdk dapat larut dalam air
  • Tdk memiliki pasangan elektron bebas (bentuk simetris)
  • Berakhir genap
Cth : F2, Cl2, Br2, I2, O2, H2, N2, CH4, SF6, PCl5, BCl3